Minggu, 24 Mei 2020

Refleksi Ramadhan , Hari Raya 1 Syawal milik siapa?


     Allah SWT. menurunkan bulan Ramadan adalah anugerah yang luar biasa. Bulan yang di dalamnya penuh dengan keberkahan keberkahan. Dalam perspektif lain bulan Ramadan sejatinya adalah restart dari kehidupan manusia. Restart meminjam istilah teknologi adalah kembali dari nol. Sama seperti komputer dan  Router internet kita bila tidak lancar maka perlu direstart dengan mematikan sebentar, setelahnya baru dihidupkan lagi , maka akan kembali lancar. 
     Puasa dengan aktifitas menahan dari hal hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar  hingga terbenam matahari , bermakna pengendalian diri. Bisa dibayangkan bila tanpa pengendalian diri manusia akan lost control, terjerumus dalam kerakusan yang luar biasa. Efek terbesarnya adalah kerusakan di muka bumi. Maka Islam mengajarkan makanlah dan minumlah tapi jangan berlebih lebihan. Filosofi Jawa , menyatakan manusia sama dengan manungso, yang artinya  wis menus menus tapi ra rumongso.
     Tubuh manusia yang selama setahun harus diisi dengan asupan asupan yang secara nafsu minta terus diisi akan meninggalkan residu yang beracun dalam tubuh. Nafsu makan dan minum yang tak kenal waktu akan berakibat buruk bagi tubuh. Oleh karena itu puasa dijelaskan dengan gamblang waktunya. Begitu pula nafsu syahwat , juga harus dikendalikan waktunya. Inti dari semua hal ini adalah kepatuhan kepada sang empunya , yaitu Al Kholiq. Dia maha tahu atas ciptaannya. Kepatuhan terhadap perintah. Sekalipun itu adalah hal hal yang halal. Apalagi keharusan untuk patuh terhadap yang dilarang.
     Memerangi hawa nafsu adalah inti dari berpuasa, musuh terbesar manusia. Dua kata hawa dan nafsu sejatinya harus ditempatkan dalam pengertian yang tepat. Hawa biasanya mengarah pada keengganan untuk mengerjakan,  celakanya ini sering berkaitan dengan kebaikan misalnya enggan bersedekah, belajar dll. , sebaliknya nafsu sering terkait dengan hal hal semangat untuk melakukan hal hal yang di larang misalnya nafsu berpoya poya, nafsu makan yang berlebihan  dll.  Maka posisi nafsu harus dibalik ke posis hawa.
     Lebih lanjut, puasa punya dimensi vertikal dan horizontal. Secara vertikal puasa adalah pekerjaan sirri , misteri, rahasia, sebagai mana al hadis menyatakan ia adalah untuk ku dan aku yang akan membalasnya.  Bagaimana tidak rahasaia secara fisik mungkin orang bisa pura pura puasa , padahal tidak. Yang lebih celaka adalah sudah haus dan lapar tapi tidak punya efek perubahan  apapun terhadap pribadinya. 
     Ibadah Ramadan semakin lengkap tatkala harus dirangkai dengan zakat fitrah. Hal  ini dikandung maksud bahwa kesalehan ritual individual harus berbanding lurus dengan kesalehan sosial. Sebagai mana sholat yang harus diakhiri dengan salam yang  bermakna untuk menebar salam dan doa ke sekelilingnya, salam kedamaian dan keberkahan serta  mendapatkan rahmat, begitu juga puasa harus diakhiri dengan zakat.
     Begitu indah ajaran Islam dalam dimensi ruhaniah , yang mana orang dengan potensi sejatinya diingatkan setiap setahun sekali ini. Dimensi yang tidak egois memikirkan dirinya sendiri toh walaupun itu kebaikan , tapi kebaikan itu juga harus menjadi virus yang menular ke sekelillingnya.
     Akhir dari pesta ruhaniah ini adalah kemenangan dari perjuangan sejati dalam pengendalian diri. Pengendalian dalam menundukan hawa nafsunya. Musuh terbesar dari manusia yang tidak jauh dari dirinya. Merekalah yang Insya Allah minal Aidzin wal faizin.



Betak, 25 Mei 2020 , 2 Syawal 1441 H.

5 komentar:

  1. tak cari benang merah isinya dengan judulnya... masih benang hijau hehehe

    BalasHapus
  2. Teruslah menulis. Terlihat semakin lancar mengalir.

    BalasHapus
  3. Tidak saya temukan satu kalimatpun yang tidak mengandung ilmu... Membacanya di pagi hari laksana sarapan bergizi... Trimakasih yai ilmunya sangat manfa'ati.

    BalasHapus
  4. Tulisan yang sangat enak dibaca, sungguh mantap... Lanjutken...

    Termasuk hawa nafsu adalah enggan/keengganan mengerjakan : seperti dijelaskan di artikel ini, Enggan belajar, jad, enggan menulis pun termasuk bagian hawa nafsu, karena menulis bagian dari belajar.hehehe.

    BalasHapus