Ketika pekerjaan kita datang kadang muncul di benak kita untuk segera diselesaikan. Tapi ketika sudah akan ekskusi muncul perasaan, ah nanti saja kan waktu nya masih panjang. Begitu lah antara keinginan - tuntutan -- hasil , waktu saling tukar peran dan berkecamuk dalam jiwa kita. Kadang ada perasaan, ah tak buat nanti nanti saja biar lebih baik, biar lebih sip dan lebih matang.
Manusia tidak bisa lepas dari sifat malas yang kadang melanda begitu tiba tiba. Tapi bila dituruti bukan suatu penyelesaian, tapi tidak lebih dari menumpuk pekerjaan di waktu yang akhir. Persis lambang matematika 1 x 3 beda dengan 3 x 1 . ini adalah lambang minum obat. Bisa dibayangkan apa perbedaan hasil dari lambang tersebut. Bila kita memaknai lambang tersebut hasil akhir nya toh sama . maka pikiran kita masih tarap anak anak.
Tidak banyak orang berpikir adalah lebih penting bagaimana proses harus dinikmati , tapi lebih banyak orang yang berpikir bagaimana hasilnya, ah yang penting kan hasilnya. Yang penting kan selesai. Begitulah alibi kebanyakan orang. Masih bisa dimaklumi bila pekerjaanya itu tidak menyangkut orang lain , tapi bila menyangkut tuntutan atasan akan pontang panting.
Setiap pekerjaan tidak terlepas dari hambatan hambatan . Kadang hambatan itu sudah kita bisa prediksi tapi adakalanya kita tidak tahu. Ini yang kadang membuat kita repot, apalagi yang menyangkut dunia teknologi digital yang terus update dengan berbagai versi misal sebuah Aplikasi. Tuntutan perubahan tidak bisa ditawar.
Segala sesuatu memang tidak terlepas dari kebiasaan atau habbit. Orang yang terbiasa on time dalam pekerjaan maka akan tidak enak bila ditunda. On time dalam janji bertemu akan merasa berdosa atau salah bila tidak pada waktu yang telah disepakati.maka memaksa diri untuk bisa habbit adalah keniscayaan. Ia tidak bisa diciptakan dalam sekejap waktu tapi ia pasti tercipta dalam a loong day.
Maka rumus semakin lama semakin baik belum tentu benar. Tapi sedikit demi sedikit akan semakin baik, adalah pasti. Dan lagi lagi itu terkait dengan habbit.
Orang yang banyak alasan adalah orang yang sebenarnya rapuh jiwa. Ia akan banyak menyalahkan orang lain apalagi ia bawahan pasti banyak alasan menyalahkan atasan, kurang waktulah, kok mepet, kak kok kak kok dan lain lain. ia tidak merasa bahwa itu adalah tugas sedia kala, yang ia bebas mengeksekusinya.
Maka sudah seharusnya melakukan kaidah mendahulukan yang terpenting dari yang penting dalam setiap tugas kita. Jangan hanya mendahulukan yang penting dari yang tidak penting, apalagi mendahulukan yang tidak penting dari yang penting apalagi yang lebih penting.